- Expository
Teaching (Metode Ekspositori)
Pembelajaran dengan metode Ekspositori merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal.
Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru. Dikatakan demikian, sebab guru
memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah
kemampuan akademik siswa.
Beberapa karakteristik metode ekspositori. Pertama,
dilakukan dengan cara penyampaian materi pelajaran secara verbal. Kedua,
biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi,
seperti data atau fakta dan konsep-konsep tertentu. Ketiga, tujuan utama
pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses
pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan
cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan .
Dalam penggunaan metode ekspositori terdapat
prinsip-prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan oleh setiap guru antara
lain:
- Berorientasi
pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan cirri
utama dalam metode ini, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa
tujuan pembelajaran , justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan
utama dalam penggunaan metode ini.
- Prinsip
Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses
komunikasi, yang merujuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang
ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang telah diorganisir
dan disusun dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi
guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan.
- Prinsip
Kesiapan
Inti dari hukum ini adalah guru harus terlebih dahulu
memposisikan siswa dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk
menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran, manakala siswa belum siap untuk
menerimanya.
- Prinsip
Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong
siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan
hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
Pada pelaksanaannya metode ekspositori memiliki
prosedur-prosedur pelaksanaan, diantaranya sebagai berikut:
- Persiapan
(Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa
untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekspositori, keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran sangat bergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan persiapan yaitu:
1). Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang
pasif.
2). Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk
belajar.
3). Merangsang dan mengubah rasa ingin tahu siswa.
4). Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang
terbuka.
- Penyajian
(Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus
diperhatikan oleh guru adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini diantaranya: Penggunaan bahasa,
intonasi suara, menjaga kontak mata dengan siswa, serta menggunakan kemampuan
guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap hidup dan menyenangkan.
- Korelasi
(Correlation)
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan untuk
memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki
struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan
kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
- Menyimpulkan
(Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core)
dari materi pelajaran yang telah disajikan. Sebab melalui langkah menyimpulkan,
siswa dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti
pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan.
Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Menyimpulkan bisa
dilakukan dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok
persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang diajarkan
dan membuat maping atau pemetaan keterkaitan antar pokok-pokok materi.
- Mengaplikasikan
(Aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa
setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang
sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori. Sebab melalui langkah ini
guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah
ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan, serta dengan memberikan tes
materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh siswa.
- Student
Active Learning (Cara Belajar Siswa Aktif)
Istilah belajar aktif sering juga disebut Cara Belajar
Siswa Aktif ( CBSA ) atau disebut pula Student Active Learning ( SAL ). Ada
beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli, yaitu :
Menurut Oemar Hamalik, CBSA adalah setiap kegiatan
yang menuntut keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam proses
pembelajaran melalui asimilasi, dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan
pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk
keterampilan, ( motorik, kognitif, dan sosial ) penghayatan serta internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
CBSA adalah suatu sistem pengajaran yang lebih
banyak mengikutsertakan, melibatkan siswa untuk lebih berperan dalam proses
pengajaran. Siswa berusaha untuk mencerna sendiri menanggapi, mengajukan
pendapat serta memecahkan masalah baik secara pribadi, atau kelompok. Guru
berfungsi sebagai pemberi informasi apabila diperlukan dan sebagai pengarah
dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa Belajar aktif merupakan suatu model, cara atau strategi dalam kegiatan
proses belajar mengajar dimana siswa sebagai subyek didik dituntut untuk
terlibat secara aktif dan optimal baik fisik, mental, intelektual dan
emosional, berusaha untuk mencerna sendiri, menanggapi, mengajukan pendapat
serta memecahkan masalah, baik secara pribadi atau kelompok sehingga siswa
mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien. Adapun tujuan
belajar aktif adalah : Belajar aktif bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuan pribadi dalam
kegiatan-kegiatan berikut :
- Mempelajari
materi atau konsep dengan penuh perhatian dan kesungguhan.
- Mempelajari
dan mengalami serta melakukan sendiri cara mendapatkan sesuatu
pengetahuan.
- Belajar
dalam kelompok, menemukan sifat dan kemampuan diri sendiri serta sifat dan
kemampuan teman sekelompoknya.
- Memikirkan,
mencoba sendiri dan mengembangkan konsep sesuatu nilai tertentu.
- Menemukan
dan mempelajari kejadian / gejala yang dapat mengembangkan gagasan baru.
- Menunjukkan
kemampuan, mengkomunikasikan cara berpikir yang menghasilakn penemuan baru
dan penghayatan nilai-nilai, baik secara lisan, tertulis, melalui gambar
maupun penampilan diri.
Jadi pada prinsipnya belajar aktif bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa sebagai subyek didik untuk mengembangkan
daya pikir dan daya ciptanya yang terlibat secara langsung dalam proses belajar
mengajar.
- Interactive
Learning (Model Pembelajaran Interaktif)
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan
nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya
dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri. Meskipun anak-anak
mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu
mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus.
Model pembelajaran interaktif memiliki lima langkah:
- Persiapan,
sebelum pembelajaran dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa hewan
peliharaannya dan mempersiapkan diri untuk menceritakan tentang hewan
peliharaannya masing-masing.
- Kegiatan
penjelajahan, pada saat pembelajaran di kelas siswa lain boleh mengamati
hewan-hewan peliharaan teman-temannya dari dekat (meraba, mengelus,
menggendong) dan mereka boleh mengajukan pertanyaan.
- Pertanyaan
siswa diarahkan guru sekitar proses pemeliharaannya.
- Penyelidikan,
guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh. Misalnya
siswa diminta mengamati keadaan hewan-hewan yang tidak dipelihara, seperti
dari mana mereka memperoleh makanannya, dimana mereka tidur, punya nama
atau tidak, bagaimana kebersihannya.
- Refleksi,
pada pertemuan berikutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan mereka,
dilakukan pembandingan antara hewan peliharaan dengan hewan liar untuk
memantapkan hal-hal yang sudah jelas dan memisahkan hal-hal yang masih
perlu diselidiki lebih jauh. Pada akhir kegiatan guru dapat memberikan
tugas kepada siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar siswa untuk
mengamati benda-benda di sekitar mereka seperti buku dan tas sekolahnya.
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif
adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan
pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan
melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau
anak menjadi kritis dan aktif belajar.
- Inquiry-Discovery-Problem
Solving (Model Permintaan-Model Penemuan-Metode Pemecahan masalah)
- Model
Permintaan (Inquiry)
Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci, yaitu
pengetahuan bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah,
dan manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsip pertama
menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua
mengindikasikan pentingnya siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga
kemandirian, akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Model inquiry memiliki lima langkah pembelajaran
yaitu:
- Menghadapkan
masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling
bertentangan)
- Menemukan
masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa
tampilnya masalah).
- Mengkaji
data dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan
hipotesis).
- Mengorganisasikan,
merumuskan, dan menjelaskan.
- Menganalisis
proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.
- Model
Penemuan (Discovery)
Pembelajaran discovery ialah suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak
dapat belajar sendiri.
Pembelajaran dengan penernuan (Discovery Learning)
merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah
memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penernuan
(Discovery Learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada
anak/siswa dalam “menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri dengan mengikuti jejak
para ilmuwan.
Pembelajaran penernuan dibedakan menjadi dua, yaitu
pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) atau sering disebut open
ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning).
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penernuan terbimbing (Guided Discovery
Learning) lebih banyak diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan
bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun
bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus dlikuti tetapi hanya merupakan
arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1)
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan pengetahuan, (2) berpusat
pada siswa, (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan
yang sudah ada.
- Metode
Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Problem solving adalah upaya individu atau kelompok
untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan
yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi
yang tak lumrah tersebut.
Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah
terdiri atas empat tahap berikut:
- Memahami
masalah
- Membuat
rencana penyelesaian
- Melaksanakan
rencana penyelesaian
- Memeriksa
kembali, mengecek hasil
Langkah-langkah pembelajaran problem solving:
- Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi
siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal,
dll.)
- Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
- Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
- Contextual
Teaching and Learning (CTL) (Model Pembelajaran Kontekstual)
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran
yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan
situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Komponen Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen
utama, yaitu sebagai berikut:
(1) Konstruktivisme (construktivism)
Konsruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan
CTL yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan
tidak sekonyong-konyong).
Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep
konstruktivisme menuntut siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru
pada pengetahuan tertentu.
Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman
atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan
di benak mereka sendiri.
(2) Inkuiri (inquiry)
Menemukan merupakan strategi belajar dari kegiatan
pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apa pun materinya.
Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun
pengetahuan yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi,
analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Inkuiri diawali dengan
pengamatan untuk memahami konsep atau fenomena dan dilanjutkan dengan
melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan. Inkuiri dimulai dari
kegiatan mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis),
mengumpulkan data, dan merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir.
(3) Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan
dalam pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan
apa yang sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahui.
Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab
yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud
pengetahuan yang dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan
siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas.
(4) Masyarakat belajar (learning commnunity)
Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan
belajar dalam pembelajaran kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah
kelompok belajar yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi
pengalaman dan gagasan. Aplikasinya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok
kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, atau belajar dengan
teman-teman lainnya. Belajar bersama dengan orang lain lebih baik dibandingkan
dengan belajar sendiri.
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari berbagi pengalaman antarteman, antarkelompok, dan antara yang
tahu ke yang tidak tahu.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen sehingga akan terjadi kerja
sama antara siswa yang pandai dengan siswa yang lambat. Kegiatan masyarakat
belajar difokuskan pada aktivitas berbicara
dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community.
dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community.
(5) Pemodelan (modelling)
Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam
pembelajaran kontekstual. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan
suatu materi pelajaran agar siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru,
belajar atau melakukan dengan model yang diberikan. Dalam pembelajaran
kontekstual, guru bukan satu-satunya model, siswa juga dapat berperan aktif
dalam mencoba menghasilkan model.
kegiatan pemberian model bertujuan untuk membahasakan
gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para
siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar siswa
melakukannya.
(6) Refleksi (reflction)
Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam
pembelajaran kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa
yang telah dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan
pengalaman yang dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan
memotivasi munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti melihat kembali suatu
kejadian, kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang
telah diketahui, dan hal yang belum diketahui. Realisasinya adalah pertanyaan
langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa,
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu.
Kegiatan refleksi adalah kegiatan memikirkan apa yang
telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau
pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan
perbaikan jika diperlukan.
(7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan
berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses
pembelajarannya, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajarannya.
Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai
kompetensi siswa secara nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai
teknik tes, portofolio, lembar observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur
penilaian yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara
nyata. Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya
membantu siswa agara mampu mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh
informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang
berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual
- Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
- Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
- Kembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Ciptakan
masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
- Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran.
- Lakukan
refleksi di akhir penemuan.
- Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.